Kamis, 26 Februari 2015

Siang Ini

Siang ini masih bolehkah ku berharap? Atau setidaknya melamunkan tentangnya, yang kini tlah ku kubur dalam- dalam semua citaku akan dia. Mungkin. Entahlah, aku harap aku sudah menguburnya, ya kalaupun hari ini aku berharap atau melamunkan tentangnya, maafkanlah karna aku tlah sekuat hati untuk tidak memikirkannya, paling tidak aku berusaha untuk mengalihkan tatapanku dari wujudnya. Meskipun mata ini tahu arah mana yang harus ia tatap.

Diruangan yang cukup luas, dengan manusia yang sangat banyak waktu itu, membuat suhu ruangan menjadi panas, oksigen seolah hilang terhirup oleh manusia yang tak dikeluarkan lagi. Pandanganku masih lurus ke depan, sampai ketika seseorang mengeluarkan pertanyaannya. Pertama yang aku lihat bukan sumber suara, tapi dia yang seharusnya aku hindari. Tak tahu dia ada, tapi mata ini terus ingin meliriknya. Ya Tuhan apalagi ini.

Sepanjang waktu aku gelisah berharap cepat keluar bertemu dengan angin dan melepas rindu dengan matahari. Entahlah, rasa rindu ini mendadak muncul. Mungkin hanya mataharilah yang dapat membakar semua lamunan ini. Tapi sayang, waktu sepertinya sedang ingin bermain denganku. Lambat. Ia berdetik dengan pelan sekali. Entahlah, mungkin ia sedang menertawakan keadaanku. Dan mataku seolah ingin menatapnya, lagi. Ah pandangan ini membawaku pada harapan yang, entahlah. Aku terlalu tinggi mengaharapkan cicak dapat merayap dinding langit.

Syukurlah waktu mengakhiri permainannya. Meskipun aku kalah, setidaknya aku bisa menatapnya kali ini. Ya Tuhan maafkan aku. Semoga tatapan itu tak mengendap di memori ingatanku. Bukan aku tak siap kalah, tapi karna aku tahu rasanya berlari dengan kencang diatas angin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar