Sabtu, 25 April 2015

Sebuah Pengakuan

Mungkin terlambat tuk menyadari, atau bisa dibilang ini awal tuk sebuah pengakuan. Entah. Tapi sudah lama ku tahan ini. Mungkin akan selamanya tertahan. Semoga tidak. Tapi aku tak punya banyak pilihan selain diam. Dengan berbagai alasan, ku pilih diam. Menahan. Tertahan. Atau mungkin memang harus diam.

Satu tahun bukan waktu yang lama tuk masa saat ini. Tapi alangkah indahnya jika pernyataan 'bukan waktu yang lama' sedikit direvisi dengan perjalanan hari didalamnya. 365 hari, kumpulan hari yang terdiri dari detik yang berubah menjadi menit dan bermetamorfosis menjadi jam. Tentu dengan rasa, dan keadaan yang bisa berubah seketika. Tapi satu yang tak bisa berubah meski dalam detik, menit, jam, hari, minggu dan bulan berubah. Menahan. Atau mungkin harus dikatan tertahan. Entah. Suatu yang aku sendiri enggan mengakuinya, atau mungkin tak ada yang harus diakui. Entah.

Aku tak tahu, kapan, bagaimana, dan dimana 'ketertahanan' ini akan sampai puncaknya. Mungkin saat semua ini sudah menjauh. Atau bisa juga ketika semua ini terungkap tapi terdapat alasan tuk menjalaninya.

Aku tak tahan, berteman dengan rasa takut, menahan tuk diam, menyembunyikan rasa, dan belaga tak mempunyainya. Aku muak. Tapi kau hanya menunggu. Disudut yang kau anggap aman. Menyaksikan dari jauh. Ketika ku jatuh kau diam. Ketika ku panggil kau diam. Ketika ku butuh kau diam. Dan kau masih diam ketika ku mencoba tuk hilangkan 'ketertahanan' ini.

Tapi malam ini, ku tak ingin lagi bersembunyi dibalik lantunan doa untukmu. Ku tak ingin berdiri dibalik dinding kokoh egoisku. Ku tak ingin diam dalam gelap jeritan yang berisikan mauku padamu. Sudah bosan ku mendengar diri ini mencaci diriku sendiri karna ku terlalu takut melangkah tuk mendekapmu. Sudah terlalu lama dengarkan setan dalam kiriku yang selalu jatuhkan obsesi tuk keluarkan kasih untuk dirimu. Sudah saatnya.

Ya, aku merindu saat hujan turun
Ya, aku mencinta saat matahari menyinari
Ya, aku berharap saat hembusan angin menyapa
Ya, aku membutuhkan saat rembulan hadir
Ya, aku berdoa saat bintang bermunculan
Ya, sudah saatnya mengetahui bahwa diam itu adalah jalan terbaik. Bagai daun yang gugur terbawa angin. Aku terlambat menyadarinya dan ini adalah awal dari sebuah pengakuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar