Sabtu, 25 April 2015

Satu Detik

Mungkin ini satu dari sekian banyak yang bisa di rasa. Tak mudah menjelaskan. Tak mudah dibayangi. Dan tak mudah. Ya, tak mudah. Mungkin memang seperti itu. Biarkan.

Tak biasa mengungkapkan dengan sempurna. Tak tepat waktu dan tepat sasaran bukan halangan untuk tetap bisa merasakan. Seolah dipelihara, ini semakin tumbuh, menjalar ke bagian lain. Ah aku membencinya !

Dalam 24 jam yang ku miliki sebagai manusia, harus dikurangi untuk satu detik. Satu detik yang membuatku, mungkin ingin menghentikan waktu. Atau terkadang ingin menghilangkan waktu. Satu detik, hanya satu detik. Selebihnya mungkin aku akan berfikir normal kembali. Tapi tetap saja di satu detik itu !

Tak perlu pembenar untuk setiap alasan yang aku utarakan. Percuma menjelaskan, si pendengar hanya manggut dengan mata kelayapan, otak merekam, dan sebuah berita dengan analisis asal-asalan pun jadi. Dan aku? Narasumber yang masih meneliti apa yang sebenarnya terjadi.

Aku benci tapi di satu detik aku butuh seolah ribuan detik selanjutnya dialah penyelamat.
Aku merasa tapi karna alasan aku berharap ia tak nampak.
Sebuah pengakuan yang tak ingin diketahui. Meski ku tahu, ia takan pernah ingin tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar